Jumat, 05 April 2013

Misteri Kepergian Bunda

Diposting oleh RizkaLidyaa's. di 01.08


            Gemercik hujan turun membasahi tanah merah tempat Bunda disemayamkan, butiran debu-debu yang berterbangan melepas kepergian Bunda. Tangisanku kembali jatuh tak tertahan meski berulah kali Papa memohon dan meminta aku untuk kuat dan mau ikut bersamanya  kembali ke rumah untuk beristirahat. Aku tetap diam tak menghiraukan setiap pembicaraan orang-orang di sekitarku yang iba melihatku duduk disamping tempat terakhir Bunda dengan batu nisan dipelukanku.
            Ketika malam tiba tanpa seorangpun yang menemani aku sejak senja tadi, aku menarik nafas sedalam mungkin,membulatkan niatku untuk kembali kerumah meski kakiku masih saja gemetar tak kuasa berdiri, namun aku memaksa,melawan semua kesedihan ini, aku bangun namun air mata tetap tak terbendung.
            Keesokan harinya, aku menggigil dan berteriak keras, dengan segera Ayah menghampiriku penuh cemas, namun mulutku hanya terbuka untuk mengucap kalimat yang sudah berulang kali kuucap “Bunda, Aku takut”, Ayah, The Sarah, dan Tante Nina semakin khawatir saja mereka membentuk lingkaran dihadapanku untuk memeluk hangat tubuhku. Satu per satu dari mereka mencoba menenangkanku namun aku tak mampu melihat sedikitpun sinar, semua menjadi semu,gelap,dan hilang.
            Entah berapa hari aku tertidur, rasanya panjang sekali namun aku merasa membaik, aku merasa sosok bunda kembali hadir disampingku, memelukku dan mengobati semua ketakutan yang aku rasakan selama ini. Namun, aku kehilangan kehangatan Ayah, Aku merasa telah jauh darinya, sendiri, sepi, dan rindu. Aku seperti telah masuk kea lam yang baru tanpa Ayah.
            Namun, tiba-tiba tubuhku menerima rangsang dingin yang luar biasa, Sentuhan tangan lembut itu menyentuh pundakku, sentuhan yang sering kali kurasakan ketika Bunda masih ada,aku menoleh namun aku tak yakin dengan apa yang sedang kulihat “Bunda?”, tetapi Bunda tak menjawab ia hanya tersenyum lalu menarik tanganku untuk pergi bersamanya ke tempat yang sangat indah. Ini bukan mimpi, ini nyata, aku semakin heran saja lalu aku bertanya kepada Bunda “Aku dimana Bunda? Kenapa Ayah tak ikut bersama kita?” Bunda hanya kembali menarik lenganku dan melanjutkan langkah perjalanan kami. Tiba-tiba mataku terfokus kepada secarik kertas yang terjatuh tepat dihadapanku. Ini adalah tulisan Ayah.
            Aku kehilangan 2 Bidadari dalam hidupku
            Wanita yang selama ini mewarnai hidupku
            Kini pergi satu per Satu
            Karena penyakit itu, penyakit menurun yang ganas,hemofili
            Itu adalah suratan takdir
            Aku tak mampu menyelamatkan mereka
            Kini,Mereka pergi tanpaku
Ingin aku menangis membaca kenyataan itu aku tak pernah pergi berpamitan kepada Ayah mengapa aku tega, Bunda juga kami disini berdua, Ayah pasti kesepian, tidak ada lagi yang menemani Ayah. Namun, Ayah meski alam kita berbeda Aku  tetap menyayangimu. Terimakasih Ayah atas surat yang kau kirim kepadaku kini aku bias tenang pergi bersama Bunda melanjutkan perjalanan kami ke tempat yang indah itu.


0 komentar:

Posting Komentar

 

rizkalidyaa's Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review